Ujian kenaikan kelas tengah diikuti oleh peserta didik di Indonesia. Di perkotaan ujian yang berlangsung di tengah pandemi dilakukan dengan mengandalkan teknologi. Guru mengirimkan soal ujian menggunakan aplikasi tertentu yang disalurkan ke smartphone orang tua murid. Pola ujian ini tentu tidak bisa digunakan di sekolah-sekolah yang belum semua peserta didiknya terjangkau teknologi. Seperti halnya pendidikan anak-anak pedalaman. Termasuk anak rimba yang tergabung di SD SDN 191 Air Panas Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Jambi. Metode yang disiapkan sekolah adalah pendamping yang mengambil soal ke sekolah dan dikerjakan di rumah.
Bagi anak rimba, rumah yang dimaksud adalah kantor lapangan KKI Warsi di Desa Bukit Suban. Soal ujiannya diambil oleh fasilitator pendidikan yang juga sekaligus bertindak sebagai orang tua asuh anak-anak yang sekolah formal ini. Fasiliaitor pendidikan, tidak hanya membantu anak-anak mendapatkan materi pelajaranm membimbing mereka ujian sekaligus menyiapkan keperluan harian termasuk makan dan minumnya.
Minggu (14/6) Yohana Fasilitator Pendidikan Warsi mendapat pesan dari kepala sekolah terkait dengan pelaksanaan ujian. “Anak-anak kita akan melaksanakan ujian, tetapi tidak boleh tatap muka di sekolah, Jadi kami minta tolong bapak ibu untuk mengambil soal anak-anak asuhnya agar bisa dikerjakan anak asuhnya di rumah, Soal di jemput hari Senin 15 Juni pukul 09.00 di sekolah,” demikian bunyi pesan dari Bu Ade Kepala Sekolah Dasar 191 Air Panas.
Pagi Senin, Yohana bergegas menuju sekolah, mengambil soal-soal ujian untuk Besimbur, Nyeser dan Nukik murid kelas 1, Pengarang Gading dan Bepanau kelas 2, Bepuncak kelas 3, Bekaram kelas 4, Besati dan Ceriap kelas 5. Sebelum ujian di gelar, anak-anak ini sudah mendapatkan bimbingan belajar dari fasilitator pendidikan Warsi.
“Anak-anak ini sejak pandemi pelajaran dilangsungkan di kantor lapangan Warsi, sudah tidak ke sekolah lagi, untuk pelajarannya ada dikirimkan guru dari sekolah ke kami, kami bantu mereka untuk memahami materi pelajaran,” kata Yohana.
Yohana yang juga bertugas untuk memberikan pelajaran dasar pada anak-anak rimba yang belum masuk sekolah formal, bersama Jauharul Maknun, Fasilitator Pendidikan Warsi lainnya, bergantian memberikan materi pelajaran kepada anak-anak rimba ini. “Karena pelajarannya ada yang tematik, ada juga kami minta pinjaman buku tematik ke sekolah untuk mengajar anak-anak rimba,” kata Yohana.
Anak-anak yang mengikuti ujian ini terdiri dari beberapa mata pelajaran. Untuk Kelas 1,2, dan 3 ujian dilaksanakan berdasarkan tematik kurikulum 2013. Sedangkan Kelas 4 dan 5 mata pelajaran yang diujikan adalah tematik, matematika dan pendidikan jasmani.
Saat ini semua anak dari Kelompok Tumenggung Ngrip ini sudah berada di kantor lapangan Warsi dan mulai mengerjakan soal ujian dalam minggu ini. Pesan dari sekolahnya, jawaban ujian dikumpulkan pada hari Kamis (18/6) atau paling lambat Sabtu (20/6). “Ada satu anak Nukik, yang karena pandemi dan tidak ke sekolah dia kembali ke orang tuanya di rimba. Saat ini sedang kami upayakan untuk anak itu bisa keluar rimba dan ikut ujian kenaikan kelas,” kata Yohana.