Dering suara notifikasi HP membuat Prihatma Dewi, Sekretaris LPHN (Lembaga Pengelola Hutan Nagari) Sirukam tercengang. Pagi sekali (kamis, 8 Oktober 2020) ketika masih belum memulai aktivitas mengajar di sekolah, setelah di cek kembali, ternyata notifikasi itu berasal dari penyuluh kehutanan di wilayah Sirukam. Dilihatnya pesan itu, Dewi sempat terdiam, pesannya berbunyi kalau LPHN Sirukam terpilih sebagai juara 1 lomba wanalestari tingkat Provinsi Sumatra Barat. Ia kegirangan bukan main, Dewi kemudian mengabarkan isi pesan itu ke Group Whatsapp LPHN Sirukam.

“Informasi dari penyuluh: Selamat LPHN Sirukam terpilih sebagai juara 1 lomba wanalestari tingkat provinsi Sumatra Barat,” kurang lebih seperti itu pesan ia sampaikan di grup LPHN.

Informasi ini mengundang respon bahagia dari seluruh anggota LPHN Sirukam. Tidak sedikit yang langsung menimpali dengan berbagai ucapan syukur, senang, bangga dan bahagia, semua bercampur baur dalam ungkapan syukur tiada tara.

“Perjuangan LPHN Sirukam selama ini terbayarkan tuntas. Tapi ini bukan akhir, masih banyak pekerjaan dalam pengelolaan kawasan Hutan Nagari Sirukam yang mesti diperbaiki, dan dibenahi agar lebih baik kedepan,” terang Medison, Ketua LPHN Sirukam yang sejak tahun 2016 telah memperoleh SK HPHN Seluas 1789 Ha.

Pada prinsipnya, Lomba Wanalestari merupakan salah satu program dari KLHK yang ditujukan bagi perorangan, kelompok atau aparatur pemerintah yang berprestrasi dan memiliki peran dalam memberdayakan dan mengubah perilaku masyarakat dalam pembangunan bidang lingkungan hidup dan kehutanan melalui mekanisme penilaian tertentu.

“Ada serangkaian aspek penilaian yang kami lengkapi sebelum lomba. Seperti administrasi dan kelembagaan, bentuk aktivitas kelompok, dan pelaporan setiap kegiatan. Kemudian, masing bobot penilaian diturunkan lagi,” sambung Medison dt. Mandaro Alam.

Sebenarnya pada tahun 2017, LPHN Sirukam pernah juga memenangi penghargaan Juara 1 Wanalestari Tingkat Provinsi Sumbar, namun di tingkat nasional memperoleh juara 2. “Semoga pada tahun ini bisa memperoleh juara 1 pada tingkat nasional, atau minimal mengulang capaian yang sama dari tahun 2017. Tentu, untuk mencapai itu, harus ditingkatkan lagi aktivitas LPHN dalam pengelolaan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” terang Medison bersemangat.

Penghargaan yang diraih LPHN Sirukam saat ini, adalah buah dari kerja keras dan aktivitas tak kenal Lelah, meskipun dilakukan dengan swadaya dan sesekali memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Namun intinya semua ada pada kemauan dan tekad anggota LPHN, serta dukungan segenap masyarakat Sirukam.

Pencapaian LPHN Sirukam boleh dikatakan tidak terjadi secara instan dan serta merta datang,  ada banyak tapak yang telah dijejaki dengan penuh perjuangan dan keringat. Dirunut kebelakang, LPHN Sirukam sejak tahun 2016 sudah menggalakkan penanaman tanaman agroforest di lokasi lahan kritis, serta kegiatan pengamanan hutan. Momen ini menjadi batu pijakan pertama bagi LPHN Sirukam.

“Waktu itu dengan didukung dari program reboisasi melalui Dinas Kehutanan, lokasi lahan bekas penebangan kayu dan kebakaran hutan, kami tanami dengan tanaman durian, mahoni, bayur dan petai. Semua tanaman ini memiliki fungsi untuk pemulihan kawasan hutan, dan bisa pula dimanfaatkan buahnya oleh masyarakat,” tutur Dewi.

Tidak hanya pemulihan lahan kritis, jauh sebelum itu sejak tahun 2008 bahkan beberapa anggota masyarakat di Sirukam diikut sertakan dalam program LMPHBN (Lembaga Masyarakat Pengelola Hutan Berbasis Nagari). Kegiatan tim LMPHBMN difokuskan untuk pengamanan kawasan hutan di Nagari Sirukam.

“Dahulu aktivitas illegal logging marak di Sirukam. Kebakaran lahan disana-sini. Tapi semenjak aktif sebagai tim pengaman hutan waktu itu, saya memberanikan diri untuk patroli pengaman hutan. Itu jauh sebelum ada LPHN. Apalagi sekarang sudah ada LPHN, tentu semangat untuk pengamanan hutan menjadi berkali-kali lipat,” jelas Jasrialdi anggota tim patroli LPHN Sirukam.

LPHN Sirukam menyadari betul bahwa pengelolaan dan pengamanan kawasan hutan amat sangat penting, ditengah kondisi iklim dan lingkungan yang tidak menentu. Secara kelembagaan setiap anggota LPHN menyadari peran dan tanggung jawab masing-masing, meskipun ada dinamika di kelembagaan, tapi itu wajar saja terjadi, selagi tidak menghambat proses berkegiatan di LPHN.

Dalam 2 tahun terakhir sejak tahun 2018, gerak langkah LPHN Sirukam tidak pernah surut, sudah banyak inisiatif baru bermunculan untuk pengelolaan kawasan hutan dan penguatan kelembagaan.

“Tahun 2019 akhir, LPHN Sirukam telah memiliki pondok belajar di sekitar kebun LPHN. Pondok ini kami gunakan untuk menyambut setiap tamu yang berkunjung, pelaksanaan diskusi, hingga agustus 2020 lalu KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Sirukam) dibawah naungan LPHN mengadakan open camp—untuk mendekatkan masyarakat dengan kawasan hutan – di lokasi pondok belajar tersebut. Sementara kebun LPHN, kami tanami dengan tanaman kopi, buncis, dan cabe,” terang Medison.

Disamping mengisi aktivititas perhutanan sosial dengan berbagai kegiatan, LPHN Sirukam juga telah memiliki mekanisme patroli kawasan berbasis pada sistem Artificial Intelligence (AI).

“Sejak Juni 2019, di kawasan hutan nagari Sirukam sudah terpasang alat untuk pemantauan dan pengaman kawasan hutan. Jadi, setiap bunyi chainsaw, bisa terekam dan diketahui koordinat lokasi, kemudian dikirim saat itu juga ke HP tim parimbo LPHN Sirukam. Tim parimbo LPHN bisa langsung segera turun ke lokasi,” jelasnya.

Ada kutipan yang menyebutkan bahwa kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. LPHN Sirukam telah membuktikannya. Beberapa aspek penilaian dalam lomba Wanalestari terpenuhi dengan baik dari berbagai sisi, baik kelembagaan, dampak ekologi, begitupun dengan dampak sosial.
“Tutupan hutan kami masih terbilang baik. LPHN selalu berinovasi untuk mengisi kegiatan perhutanan sosial, untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan. Secara kelembagaan pun LPHN Sirukam cukup kuat. Kedepan LPHN akan fokus mengelola potensi kopi yang ada di sekitar Nagari setelah dipetakan melalui dukungan KKI WARSI, dengan luasan sekitar 21 Ha, yang akan dikelola oleh KUPS Unit Usaha Kopi, kemudian ekowisata pemandian alami batang tabak, dan pengaman kawasan hutan” tutup Medison.