Ketika matahari belum terbit dan sebagian orang masih tenggelam dalam mimpi panjang, terlihat satu sepeda motor yang ditunggangi seorang pria bergerak perlahan menuju arah bandara Robert Atty Bessing Malinau, Kalimantan Utara. Pengendara motor itu bernama Hafis Rafi Insani. Pria yang akrab disapa Hafis ini harus antri di loket bandara sejak dini hari agar bisa memesan tiket pesawat menuju Desa Data Dian. Sayangnya, tiket keberangkatan untuk satu minggu kedepan sudah ludes. Maklum saja, jadwal terbang pesawat hanya satu kali dalam seminggu dengan kapasitas 6 orang saja.

Akses menuju Data Dian sebetulnya dapat ditempuh juga dengan jalur darat. Akan tetapi, jalur darat dapat menghabiskan waktu berhari-hari, tentunya membutuhkan biaya besar. Akses jalur sungai pun tidak tersedia dari Malinau. Tidak ada pilihan lain bagi hafis selain menunggu jadwal keberangkatan pesawat berikutnya.

Sembari menunggu adanya jadwal keberangkatan untuk minggu berikutnya, Hafis tidak tinggal diam. Ia ditemani Roddini mencoba membangun koordinasi dengan Kepala Desa Data Dian via telepon. Mereka juga menemui Robert dan Jonson selaku staf Desa Data Dian. “Kami memulai obrolan dengan memperkenalkan diri dari KKI WARSI sembari perlahan menjelaskan maksud dan tujuan kami ke desanya, untuk mengembangkan Sistem Informasi Desa melalui PRM-AID (Potensi Ruang Mikro – Aplikasi Informasi Desa). Mereka terlihat sangat antusias dan menyambut baik kedatangan kami,” kata Hafis.

Saat itu, akses ke Desa Data Dian semakin sulit karena adanya pandemic covid-19. Desa kala itu sedang berusaha menghindari merebaknya kasus covid-19. Terlebih, terdapat kabar jika salah satu warga dari Desa tetangga, Desa Long Nawang, ada yang tertular covid-19. Sehingga, saat ini pemerintah desa menerapkan isolasi mandiri selama 14 hari. Meskipun demikian, Hafis dan tim KKI Warsi tetap berupaya mengakses Desa Data Dian.

Pada hari Jum’at, 25 Juni 2021, Hafis akhirnya bisa bernafas lega mendengar suara petugas Bandara Malinau bahwa akan ada jadwal penerbangan menuju Desa Data Dian pada tanggal 28 Juni 2021.

Pesawat pilatus terbang membawa Hafis dan Roddini menuju Desa Data Dian. Sekitar satu jam, saatnya lepas landas, deru mesin semakin kencang seiring melajunya pesawat Pilatus Susi Air.  Setelah pesawat mendarat, tampak petugas kesehatan telah siaga. Hafis dan tim KKI Warsi harus melakukan cek Kesehatan dan isolasi selama 14 hari di Mess desa yang sudah disediakan.

Pada hari Senin Sore 12 Juli 2022, akhirnya mereka bisa menikmati udara segar setelah 14 hari terkurung di ruangan mess yang berukuran 5 x 6 meter itu. Hafis ditemani Roddini berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Data Dian terkait PRM-AID. Pemerintah desa menyambut baik untuk membangun aplikasi tersebut. Melalui koordinasi ini, tim KKI Warsi mencoba membangun satu pemahaman yang sama untuk membangun tentang Sistem Informasi Desa PRM-AID. Tidak lupa mereka membahas tim kerja yang akan dilibatkan dalam membangun aplikasi tersebut.

Menurut Hafis, membangun Sistem Informasi Desa ini bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan kendala yang ia hadapi mulai dari keterbatasan jaringan internet, SDM masayarakat masih minim hingga karakter masyarakat yang lebih mendahulukan orang tua dibandingkan pemuda. Apalagi keterampilan dalam mengoperasionalkan laptop dan GPS masih minim, serta masyarakat belum familiar untuk menggali data sosial melalui kuesioner.

Selama berada di desa, hafis mencoba untuk terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa. Ini bertujuan agar bisa lebih dekat dengan pemerintah desa dan warga di Desa Data Dian. “Kalo ada kegiatan gotong royong seperti belah kayu, jadi saya ikut juga belah kayu, atau kalo ada kegiatan panen bersama di ladang, saya juga ikut karena budaya disini masih menerapkan budaya senguyun, pada intinya orang Data Dian itu senang mengerjakan sesuatu secara beramai-ramai,” tutur Hafis.

Sebagai seorang fasilitator, Hafis memiliki prinsip jika fasilitator harus senantiasa ikut berpartisipasi. Partisipasi ini bukan hanya sekedar ikut kegiatan masyarakat untuk melihat atau mengambil foto saja, tetapi berkeringat bersama mereka.

Keikutsertaan hafis dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Data Dian, membuat mereka tidak menganggapnya sebagai orang luar yang datang ke kampung, melainkan sudah seperti keluarga dan mereka tidak sungkan lagi untuk meminta tolong. Bahkan, pemerintah desapun mulai terbuka untuk diajak berdiskusi, termasuk untuk tim kerja.

Jika di awal sudah terbentuk tim kerja baik sosial, spasial dan tim entry data dengan rata-rata umur 35-40 tahun ke atas, maka saat ini pemerintah desa juga setuju untuk melibatkan anak muda. Bahkan disela-sela waktu membantu masyarakat, mulai terbaca siapa stakeholder yang bisa didekati. Sehingga, hal itu mempermudah hafis mengajak siapa saja ketika berkegiatan dalam membangun sistem informasi desa.

Dengan kerjasama antar semua pihak, baik tim kerja sosial, spasial, dan input data, serta dari dorongan dari Pemerintah Desa, tepat pada bulan September 2022 aplikasi PRM-AID akhirnya resmi dapat diakses baik secara offline dan online. Saat ini situs Desa Data Dian bisa diakses secara online di datadian.desa.id (Peri Anggraeni)