Aprilia membuka kran, hendak membilas masker rambut yang sejak tadi membungkus rambutnya. Kran berputar, tetapi air tidak kunjung keluar. Astaga air kran mati. Sumur mengering karena hujan sudah sebulan tidak kunjung membasahi Kota Jambi. Ia harus menunggu dua jam agar air kembali terisi dan aktivitas paginya harus tertunda. Bencana kecil bagi Aprilia di bulan Agustus. 

Kemarau di Bulan Agustus yang dihadapi oleh masyarakat Kota Jambi dampaknya ketiadaan air untuk aktivitas mandi. Namun bagaimana dengan daerah lainnya? Bergeser saja kita sedikit ke Kabupaten Muaro Jambi. Musim kemarau di kabupaten ini menyulut api dan menyebabkan kebakaran. Daerah yang sebagian besarnya merupakan lahan gambut, mengering dan rentan mengalami kebakaran.

“Luas lahan yang terbakar berdasarkan  analisis citra satelit sentinel 2 yang dilakukan oleh Tim GIS KKI Warsi yaitu seluas  357 ha lahan dan hutan. 

“Berdasarkan sebarannya terjadi di areal gambut dan tanah mineral yang terindikasi ada konflik lahan,” kata Adi Junedi Direktur KKI Warsi.

Tahun ke tahun, kebakaran hutan dan lahan terus berulang terjadi di Provinsi Jambi. Pada tahun 2023 sebanyak 335 hektare lahan dan hutan di Provinsi Jambi terbakar. Kejadian tahun ini dan tahun sebelumnya menjadi catatan buruk dalam pengelolaan hutan di Provinsi Jambi, yang terus mengalami degradasi dari tahun ke tahun. 

Provinsi Jambi kehilangan hutan sebanyak 73% dalam 50 tahun terakhir. Pada 1973 tutupan hutan Jambi tercatat 3,4 juta hektare. Namun pada 2023, tutupan hutan di Jambi hanya tinggal 922.891 hektare. Kehilangan ini awalnya disebabkan perubahan kawasan hutan menjadi areal penggunaan lain, pemukiman, dan perkebunan. 

Saat ini, kebakaran hutan dan lahan terus mengancam kawasan hutan tersisa . Kebakaran hutan di Jambi hampir selalu diakibatkan oleh ulah manusia sebagai bagian dari upaya pembukaan lahan, namun menyebar di luar kendali karena cuaca kering dan panas, dan diperburuk dengan perubahan iklim.

“Hutan menjadi salah satu benteng terakhir kita dalam mengendalikan dampak perubahan iklim. Namun, juga menjadi faktor yang memperburuk perubahan iklim apabila terus mengalami kebakaran,” kata Adi Junedi. 

Kita tahu bahwa kebakaran hutan merupakan penyumbang utama emisi karbon global dan dengan demikian menyebabkan pemanasan melalui efek rumah kaca. Apabila terus terjadi kebakaran hutan, emisi yang dihasilkan akan semakin banyak sehingga memicu pemanasan global dan peningkatan suhu atau yang disebut dengan perubahan iklim. Pun sebagai sesuatu yang berkelindan dan berkait, perubahan iklim pun memperparah terjadinya kebakaran hutan. Badai dan peningkatan suhu membuat kebakaran hutan sulit dikendalikan.

“Kondisi hari ini kita terjepit oleh perubahan iklim. Kebakaran hutan menyebabkan perubahan iklim. Begitupun sebaliknya, satu-satunya upaya kita adalah menjaga hutan yang tersisa saat ini agar tidak mengalami kebakaran,” kata Adi Junedi.

Disamping itu kata Adi upaya-upaya untuk menumbuhkan hutan harus terus didukung. “Pada kawasan hutan yang dikelola masyarakat, terlihat pertumbuhan hutan. Ini menjadi kabar baik bagi kita semua untuk terus mendukung pengelolaan hutan bersama masyarakat,” kata Adi.

Karena itu menurutnya perlu menggalakkan penjagaan hutan sebagai pertahanan dalam mengendalikan dampak perubahan iklim. Salah satu upaya dalam penjagaan hutan, Presiden Joko Widodo pada 7 Agustus 2019 mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Penghentian pengeluaran izin ini juga menjadi cikal lahirnya Hari Hutan Indonesia yang diperingati sebagai Hari Hutan Indonesia. 

“Momen hari hutan ini menjadi kesempatan untuk kita saling mengingatkan bahwa perubahan iklim dan bahayanya di depan mata. Karena itu mari kita jaga dan menumbuhkan hutan kita,” imbau Adi Junedi. 

Selain menggalakan suara penjagaan hutan, upaya yang dilakukan adalah mendukung upaya pemulihan hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Seperti mendukung gerakan adopsi dan menanam hutan di kawasan perhutanan sosial yang dikelola oleh masyarakat. Inisiatif ini telah terbukti dalam menumbuhkan hutan. Menurut Data KKI Warsi ada Pada tahun 2020 tutupan hutan areal PHBM sebanyak 59.498 ha atau 57 % dari areal PHBM,  pertumbuhannya terlihat di 2023 yang menjadi 72.784 ha atau 70 %.  Penumbuhan hutan di kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat juga menjadi penyumbang pertumbuhan hutan. Selamat Hari Hutan Indonesia, mari berpartisipasi dalam menjaga hutan, karena  menjaga hutan sama dengan menjaga iklim. Mari berkontribusi dalam mencegah kekeringan, memelihara lingkungan hidup, dan keseimbangan bumi kita.