oleh Nurfajri Mariska*

Ruhama Kelompok Perempuan  Nagari Simpang Kapuak, Kecamatan Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota mengembangkan minuman herbal gambir. Minuman serbuk hasil gambir dijual lewat pasar digital dan medsos dengan harga Rp 15.000 per kemasannya. 

Kelompok perempuan Ruhama berdiri sejak tahun 2016 ini yang beranggota 12 orang diketuai oleh Elvia Derita (39 th). Kelompok ini terinspirasi dari komoditas utama Nagari Simpang Kapuak yaitu gambir. Gambir umumnya diolah menjadi keping gambir, melalui proses pemasakan, pengendapan sari, dan membekukan dalam bentuk kepingan. Proses ini juga disebut dengan menggampo oleh masyarakat.

Namun kelompok perempuan Ruhama memanfaatkan daun Gambir menjadi seduhan minuman herbal sejak tahun 2014 lalu. Daun gambir mengandung senyawa polifenol yang cukup tinggi, mirip dengan senyawa yang terdapat dalam daun teh.

Senyawa polifenol ini diklaim punya sifat antioksidan yang bermanfaat dalam mengobati penyakit ataupun menangkap radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh.

Sesuai dengan nama kelompok Ruhama yang berarti pemberi kasih sayang. Teh daun gambir memberikan kasih sayang atau manfaatnya berupa mengobati demam, maag, asam lambung, diabetes, diare, dan lain-lain.

Meski memiliki manfaat yang baik. Produk daun serbuk gambir belum menyentuh pasar yang lebih luas. Elvia menjelaskan saat ini kelompok juga masih terkendala  keterbatasan alat produksi. 

“Kami berharap semoga ada bimbingan dan perhatian khusus dari dinas terkait menangani permasalahan kami ujarnya,” ketika ditemui di rumahnya pada Senin 25/10/2023

Disamping itu setelah ditemui Randa Fernando selaku Kepala Jorong Nan Duo mengatakan masalah yang dihadapi oleh Kelompok Ruhama.

“Untuk pemasaran kita akan terus berusaha untuk perkembangan dan kemajuan minuman herbal ini ungkapnya,” katanya.

Fiki Aulia rahmat salah satu konsumen dari nagari harau menjelaskan soal teh gambir rasa dan aroma yang khas yang membuat kita tertarik mencoba. Menurutnya cocok untuk minuman keluarga dan oleh-oleh tanda berkunjung ke Nagari Simpang Kapuak.

“Harus membeli untuk keluarga dan oleh-oleh di rumah,” ujarnya.

*Penulis merupakan jurnalis warga dari Nagari Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota