Peristiwa-peristiwa ekologis yang terjadi di banyak belahan dunia, semakin membuka mata kita bahwa perubahan iklim nyata adanya. Dampak-dampak perubahan iklim telah menyentuh sendi-sendi kehidupan warga bumi. Perubahan iklim telah menjadi ancaman global yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk ekosistem hutan yang menjadi penopang utama bagi keberlangsungan hidup manusia.
Di sisi lain, pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar hutan memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan serta menghadapi dampak perubahan iklim. Kegiatan ini menjadi sangat penting dilakukan dengan menguatkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat sekaligus menguatkan pengembangan ekonomi hijau. Di Orang Rimba misalnya, kegiatan yang dilakukan adalah pengembangan pertanian sederhana. Orang Rimba merupakan masyarakat berburu dan meramu. Namun tekanan terhadap hutan menjadikan komunitas ini, menghadapi kesulitan pangan. Ditambah dengan perubahan musim dampak perubahan iklim, semakin menyulitkan Orang Rimba. Kondisi ini mendorong Orang Rimba melakukan adaptasi dengan mengembangkan sistem pertanian sederhana. Sebagaimana yang dilakukan Orang Rimba di Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Tumenggung Njalo menyampaikan bahwa mengelola lahan pertanian adalah hal baru bagi mereka, sehingga masih butuh dukungan dari banyak pihak untuk mengelola lahan pertanian. “Ketiko kito hopi depot uang untuk boli berai, beli gulo, kito ado jaminan pado pertanian, untuk pemakon kito, (Ketika kita tidak punya uang untuk membeli beras, membeli gula dengan pertanian kito ada jaminan untuk kebutuhan harian,”kata Tumenggung Njalo.
Tumenggung di Kelompok ini, menyebutkan Orang Rimba makin aktif dalam mengelola hasil hutan bukan kayu seperti rotan. “Kerajinan iyoi apo yang biso kami buat, kito buat, macam mano ado pembelinyo, (Kerajinan kami buat apa saja yang diajarkan pada kami kami buat, tapi kami perlu ada yang membelinya),” kata Njalo.
Kendala dan tantangan Orang Rimba dalam pengembangan ekonomi, menjadi bahan yang diperbincangkan dalam kegiatan Community Dialog, Aksi Bersama Untuk Jambi, Masyarakat Sejahtera Hutan terpelihara yang diselenggarakan di Ruang Mayang Mangurai Bappeda Jambi, Selasa, 30 April 2024. Hadir dalam kegiatan ini, masyarakat yang telah mengelola potensi suberdaya alam berbasis potensi melalui kegiatan pengembangan ekonomi hijau.
Dalam kegiatan ini, masyarakat menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan dalam mengelola sumber daya alam, dan meminta dukungan para pihak atas aktifitas yang mereka lakukan, guna berkontribusi dalam pengendalian perubahan iklim sekaligus beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Untuk mencapai kegiatan ini tentu membutuhkan kolaborasi dan dukungan banyak pihak.
Direktur KKI Warsi Adi Junedi, menyebutkan pengembangan ekonomi hijau merupakan upaya untuk mengendalikan perubahan iklim. Untuk itu snergi dan kolaborasi antar pihak dalam mengelola sumber daya alam sangat penting dilakukan.
“Dalam pendampingan masyarakat dari penggalian potensi hingga mampu menghasilkan produk yang bernilai ekonomi dipantik dengan menggunakan konten audio visual ” kata Adi Junedi Direktur KKI Warsi.
Konten video yang memuat aneka tutorial mengelola sumber daya alam. Kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan pelatih profesional ke tengah masyarakat, sehingga bisa mempraktikkan langsung pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pelatihan yang dilakukan diantaranya, pelatihan pengelolaan perkebunan dan pertanian sederhana.
“Bagi Orang Rimba dilakukan penggalian sumber ekonomi baru, seperti dengan pengoptimalan kebun karet di Batanghari. Untuk Orang Rimba di Kabupaten Sarolangun dikembangkan tanaman muda serta pengembangan kerajinan tangan dari hasil hutan,” kata Adi Junedi.
Dalam mendorong inisiatif ini KKI Warsi menghubungkan masyarakat dengan Dinas dan Pemerintahan terkait. Masyarakat dipertemukan dengan pemangku kebijakan untuk pengembangan produk yang telah dikembangkan dalam kegiatan dialog dua arah. Perdana bagi Orang Rimba hadir sebagai nara sumber, memaparkan kegiatan yang telah dilakukan di hadapan forum resmi. Mereka secara aktif menyampaikan keresahan dan kendala dalam pengembangan sumber ekonomi hijau yang tengah dilakukan.
“Kami Orang Rimba di Batanghari mendapat hak kemitraan kehutanan dalam bentuk pengelolaan kebun karet dari PT Wana Perintis pada tahun 2016, namun memiliki kendala seperti cara sadap yang baik, menyebabkan produksi getah belum terlalu banyak,” kata Tumenggung Ngelembo dalam Dialog Komunitas yang diadakan oleh KKI Warsi bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) ini.

Banyak pihak menyambut baik kemampuan Tumenggung Ngelembo dalam menyuarakan aspirasi Orang Rimba di Batanghari. PT Wana Perintis menyampaikan dukungannya untuk bantuan bibit mengganti tanaman karet. Sementara itu, Dinas Perkebunan berkomitmen memberikan pelatihan teknik budidaya karet lebih lanjut kepada Orang Rimba di Desa Hajran, Jelutih, dan Olak Besar.
“Kita bisa bekerja sama dengan PT Wana Perintis untuk memberikan pelatihan seperti pemupukan dan penangan hama,” kata Adi Guna Kabid Produksi Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
Selian Orang Rimba hadir juga masyarakat dari landskape Bukit Panjang Rantau Bayut (Bujang Raba) Kabupaten Bungp. Masyarakat di lima desa di wilayah ini juga mengembangkan produk-produk bernilai ekonomi dengan tetap mempertahankan hutannya. Diantaranya mengelola ekowisata, pengembangan perkebunan kopi dan produk olahannya, pengembangan kerajinan lidi dan hasil hutan bukan kayu lainnya.
Antoni, perwakilan masyarakat Bujang Raba, menyampaikan bahwa masyarakat sangat berharap ada dukungan untuk pengembangan usaha kopi yang dilakukan, serta meminta dukungan para pihak untuk mengembangkan ekowisata alam yang ada di wilayah hulu Kabupaten Bungo ini.
Pengembangan destinasi wisata alam yang di gagas masyarakat Bujang Raba mendapat dukungan dari Dinas Pariwisata Provinsi Jambi dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bungo. “Wisata alam yang ada di Bujang Raba dibuatkan paket yang menginterasikan potensi-potensi yang ada di lima desa ini, yang tidak hanya menyuguhkan keindahan alam namun juga bisa mengajak wisatawan merasakan kehidupan pedesaan, misalnya bisa ikut panen kopi, pengolahan kopi, hidup cara pedesaan, ini bisa ijadikan paket wisata, jangan terpisah-pisah,” kata Kasi Kawasan Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi Jambi, Hendri Beni.
Sementara itu, Kabid Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga Dan Pariwisata Bungo berkomitmen untuk mengadakan pelatihan pengembangan paket wisata bagi kelompok pengelola wisata di lima desa yang ada di Kecamatan Bathin III Ulu.
Kolaborasi untuk produk masyarakat
Para pihak yang hadir dalam kegiatan community dialog berkomitmen untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengelola potensi yang dimiliki. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Sarolangun berkomitmen untuk mendukung permodalan pengembangan produk kerajinan masyarakat, sekaligus membantu untuk menjembatani pasar.
Dukungan serupa juga disampaikan oleh Dekranasda Provinsi Jambi. “Produk yang dihasilkan masyarakat sudah cukup baik, Dekranasda bisa membantu untuk meraih pasar. Kita ada sejumlah showroon produk, setelah ini kita bisa mendiskusikan lebih kanjut bagaimana produk masyarakat ini bisa ditampilkan di showroom kita,” kata Iin Iin Kurniasih Sudirman Wakil ketua I Dekranasda Provinsi Jambi. Pemerintah Provinsi Jambi menyambut baik upaya dan inisiatif yang telah dilakukan oleh masyarakat di tiga Kabupaten, Gubernur Jambi yang diwakili oleh Husairi Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik saat membuka kegiatan community dialog menyebutkan bahwa upaya yang dilakukan adalah kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi non pemerintah dalam membangun ekonomi hijau dan penjagaan lingkungan di Provinsi Jambi. “Mari bersama-sama berkontribusi dalam upaya ini demi masa depan yang berkelanjutan bagi Jambi dan generasi mendatang,”kata Husairi