Salah satu aktifitas yang dilakukan oleh LPHD pasca memeroleh izin ialah melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan hutan. Kawasan Hutan Desa Lemo Nakai yang luasnya ± 1000 hektar memiliki banyak potensi, seperti keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan. Banyak potensi yang dimiliki mengharuskan LPHD dan masyarakat memahami hutannya sendiri agar dapat dikelola dengan baik. Hutan Desa Lemo Nakai yang juga berbatasan dengan wilayah administrasi desa lainnya rentan dengan adanya perambah dari wilayah luar sehingga penjagaan terhadap hutan amatlah penting. Perlindungan dan pengamanan kawasan ini dapat dilakukan dengan cara patroli hutan. Sadar akan masih kurangnya pengetahuan LPHD terhadap kegiatan patroli maka diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas LPHD dalam melakukan patroli hutan.
KKI Warsi pada tanggal 31 Juli sampai 3 Agustus 2023 mengadakan pelatihan PATEN Parti, yaitu Pemantauan Ekosistem Hutan Partisipatif yang diikuti oleh berbagai unsur masyarakat Desa Batu raja R, seperti perwakilan pemerintahan desa, BPD, kelompok pemuda, dan kelompok perempuan. Kegiatan ini juga diikuti oleh pihak KPHL Bukit Daun. Nantinya, peserta pelatihan yang terlibat akan dibentuk menjadi tim patroli. Pelatihan yang diselenggarakan selama 4 hari ini berisi dengan rangkaian pemaparan materi dan simulasi praktik patroli. Fredi Yusuf selaku perwakilan KKI Warsi dalam kata sambutan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk peningkatan kapasitas bagi LPHD. Adapun pengetahuan yang diberikan ialah berupa pemahaman tentang biodiversitas, regulasi, dan pengetahuan tentang pemetaan. Kegiatan pelatihan ini secara resmi dibuka oleh Kepala Desa Batu Raja R, Bapak Renaldi. Renaldi juga menyampaikan kegiatan ini salah satu bentuk implementasi kerjasama KKI Warsi dengan Desa Batu Raja R, terutama dalam pengelolaan izin Perhutanan Sosial. Kepala desa berpesan agar peserta dengan susngguh-sungguh mengikuti kegiatan ini agar nantinya dapat dipraktikkan ketika kegiatan patoli hutan. Pemerintahan desa juga berkomitmen untuk dapat menganggarkan dana desa untuk kegiatan patroli ini nantinya.

Kegiatan pelatihan di hari pertama diawali dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang kawasan hutan mereka. Secara partisipatif, peserta diajak agar memahami kawasan hutan mereka, seperti mengetahui potensi yang ada di dalamnya dan ketergantungan masyarakat terhadap hutan dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dengan menumbuhkan kesadaran peserta terhadap apa yang ada dalam kawasan hutan dan ketergantung mereka terhadap hutan diharapkan memunculkan kesadaran bahwa masyarakat harus melindungi dan menjaga hutan.
Pada hari kedua, peserta pelatihan disuguhi materi pemetaan. Ahmad Salim Ridwan, selaku tim GIS Warsi menjelaskan kepada peserta perihal pemetaan. Peserta diharapkan dapat membedakan antara sketsa dan peta. Dan, peserta juga diajak dapat memahami wilayah kawasan hutan mereka dalam bentuk peta, seperti tata batas, pembagian zona, dan sebagainya. Pemahaman akan peta kawasan hutan bagi tim patroli sangat penting sebagai panduan dalam melakukan kegiatan patroli nantinya, semisal penentuan lokasi patroli, jalur tim patroli, dan lain-lain. Pada sesi ini, peserta juga dilatih dalam menggunakan GPS dan Avenza Maps. Agar peserta dapat langsung memahami operasionalnya maka pada bagian ini peserta diajak langsung mempraktikkan penggunakan GPS dan Avenza Maps.
Dalam memahami kawasan hutan, peserta juga diajak untuk dapat mengklasifikasikan apa yang ada dalam kawasan hutan, seperti adanya flora, fauna, potensi jasa lingkungan, dan sebagainya. Sebelum peserta diajak untuk mengklasifikasikan, peserta disuguhi terlebih dahulu materi biodiversitas. Lili Angraini, spesialis kajian KKI Warsi menjelaskan terlebih dahulu defenisi biodiversitas, jenis-jenis, dan dijelaskan contoh-contohnya. Setelah itu, barulah peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok dan mendiskusikan keanekaragaman hayati di dalam Hutan Desa Lemo Nakai. Hasil temuan potensi yang didiskusikan itu kemudian ditulis ke dalam tabel Tally Sheet yang dibagi ke beberapa tabel, yaitu tabel tally sheet tumbuhan, hewan, jasa lingkungan, dan aktifitas manusia. Tabel tally sheet ini nantinya dapat digunakan oleh tim patroli ketika melakukan patroli hutan.

Agar kegiatan patroli hutan terlaksanakan dengan baik maka diperlukan SOP Patroli sebagai pedoman tim patroli dalam melakukan kegiatan patroli. Pada sesi ini, Tradis Reformas selaku Analis Hukum dan kebijakan KKI Warsi memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya SOP patroli, langkah-langkah penyusunan, dan peserta juga diajak langsung dalam mendiskusikan dan memprakktikan pembuatan SOP. Peserta dibagi ke tiga kelompok, dimana kelompok pertama mendiskusikan SOP tentang perencanaan, kelompok dua tentang pelaksanaan, dan kelompok ketiga tentang SOP pasca patroli. Penyusunan SOP patroli hutan tidak hanya sekedar sebagai pedoman, tetapi juga sebagai langkah melindungi dan menjaga keselamatan tim patroli. Misalnya, dalam SOP pelaksanaan dibuat aturan bahwa jika salah satu tim patroli ketika melakukan patroli mendapat musibah dan mengalami kecelakaan maka akan diatur langkah-langkah yang diambil, seperti mengevakuasi ke desa agar mendapat pertolongan.
Beberapa pengetahuan tentang patroli yang sudah diberikan kepada peserta kemudian akan dipraktikkan ke dalam bentuk simulasi praktik patroli hutan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari ketiga pelatihan. Pada sesi ini, peserta pelatihan dibagi kedalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok diberikan jalur patroli oleh narasumber. Di jalur itu sudah ditentukan beberapa titik supaya tim patroli dapat mecapai titik tersebut dan nantinya pada titik tersebut masing-masing kelompok mengambil titik koordinat dan penamaannya. Selain itu, masing-masing kelompok juga diberikan tugas, seperti selama perjalanan patroli harus melihat adanya temuan, baik tumbuhan, hewan, atau aktifitas manusia berupa perambahan dan lain-lain. Nantinya temuan ini ditulis ke dalam tabel tally sheet.
Simulasi praktik diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada peserta dalam menerapkan semua pengetahun tentang patroli yang sudah diberikan sebelumnya. Setelah melakukan simulasi patroli kemudian peserta juga dilatih dalam melakukan penyusunan laporan patroli. Peserta juga diajak langsung melakukan penyusunan laporan dengan format laporan yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh narasumber. Setelah masing-masing kelompok menyusun laporan patroli kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil laporan mereka.
Pada sesi terakhir pada hari keempat, di saat diskusi kelompok tentang kebutuhan dan koordinasi tim patroli, para peserta pelatihan juga menyadari bahwa kegiatan patroli hutan tidak akan mampu dilakukan oleh tim patroli saja, kegiatan patroli ini tetap akan melibatkan banyak pihak, seperti pemerintahan desa, KPHL, Dinas Kehutahan Provinsi, dan instansi lainnya yang berhubungan dengan beberapa temuan dari hasil patroli. Pelatihan PATEN Parti yang diselenggarakan membuat peserta merasa sadar akan pentingnya pengetahuan tentang kegiatan patroli. Selama ini, anggota LPHD juga masih bingung ketika melakukan patroli karena tidak mengetahui apa saja yang harus dilakukan selama patroli. Dengan adanya pemahaman peserta pelatihan terhadap patroli hutan diharapkan perlindungan dan kemananan kawasan hutan semakin terjaga. Salah satu peserta, Syafi’i menyampaikan harapan agar kegiatan pelatihan semacam ini dapat diselenggarakan kembali agar meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kawasan hutan dan mengetahui langkah-langkah melindungi dan menjaganya, sebab masih banyak yang belum diketahui oleh masyarakat, misalnya pengetahuan tentang tumbuhan dan hewan yang dilindungi, tumbuhan yang beracun, dan pelatihan dasar pertolongan pertama pada kecelakaan pada kegiatan patroli
