Kelompok Tani Hutan Bakau Lestari tampak sibuk memindahkan bibit dari tempat pembibitan dan menatanya di atas pompong atau perahu motor. Sejumlah 4000 bibit bakau diangkut petani menuju hutan kawasan hutan Hutan Mangrove Pangkal Babu, Desa Tungkal Satu. KTH Bakau Lestari melakukan penanaman guna memperkaya tanaman di hutan mangrove dalam program baby tree yang kembangkan  oleh KKI Warsi.

Selama ini masyarakat Desa Tungkal Satu berjuang memulihkan kawasan hutan mangrove Desa Tungkal Satu. Kehadiran tambak udang di masa lalu seiring dengan kehilangan mangrove berdampak pada kehidupan masyarakat yang umumnya bermata pencarian sebagai nelayan. Inisiatif pemulihan mangrove sudah dilakukan sejak hampir tiga dekade lalu, hingga kini kawasan itu menjadi ekowisata di Tanjung Jabung Barat. Sebagai reward dalam penjagaan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat, KKI Warsi memberikan insentif masyarakat untuk melakukan pengayaan tanaman mangrove dengan nilai Rp  45.000 per pohon. 

“KKI Warsi bersama mitra jejak.in mengadakan program baby tree, yaitu program menanam pohon bakau, dan untuk memastikan pohon yang ditanam ini tumbuh masyarakat akan merawatnya. Upaya masyarakat menanam dan merawatnya ini yang kita beri reward,” kata Ade Candra Koordinator Program KKI Warsi pada Selasa, 2 Juli 2024.

Skema pemberian reward dilakukan secara bertahap. Pada saat penanaman masyarakat mendapatkan dana sebanyak 10 persen untuk pembibitan, 20 persen setelah penanaman selesai, 20 persen 6 bulan pasca penanaman, 25% setelah 18 bulan pasca penanaman, dan 25% pembayaran terakhir dilakukan setelah 36 bulan pasca penanaman. 

“Tanaman mangrove ini, biasanya pada umur 3 tahun, perakarannya sudah baik, sehingga kemungkinannya tidak tumbuh atau hilang bibit sudah bisa kita eliminir,” kata Ade.  

Untuk memastikan bibit yang ditanam tumbuh dan tidak hanyut terbawa arus, sebelum menanam bibit terlebih dahulu di tanam ajir, penanda sekaligus tempat tempelan bibit. untuk memastikan bibit tumbuh dan berkembang dengan baik, bibit ini diberi barcode yang dapat di monitoring dengan aplikasi khusus. Barcode ini memuat informasi tentang jenis bibit, koordinat keberadaan bibit, dan informasi pertumbuhan bibit.

“Secara berkala akan dilakukan monitoring dan diverifikasi dengan pembaharuan informasi di aplikasi. Monitoring juga menjadi acuan dalam pencairan dana,”kata Ade.

Total bibit yang akan ditanam sebanyak 14.2905 bibit yang melibatkan 4 kelompok tani. Diantaranya KTH Bakau Lestari, Makmur Jaya, Kelompok Pemuda Pesisir, dan Kelompok Bahagia Bersamamu. KTH Bakau Lestari menjadi kelompok yang pertama menanam dan akan disusul oleh tiga kelompok tani lainnya.

“Program baby tree yang dijalankan selain memberikan manfaat penjagaan lingkungan juga masyarakat dapat memetik manfaat ekonomi berupa tambahan penghasilan,” katanya. 

Desa Tungkal Satu merupakan salah satu desa yang berada paling ujung di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan berbatasan langsung dengan laut Cina Selatan. Kondisi ini membuat mereka sadar bahwa merekalah yang pertama terdampak dari naiknya permukaan laut.  Hutan mangrove saat ini merupakan benteng pertahanan terakhir dari air laut.

“Masyarakat menjaga kawasan mangrove sebagai penjaga agar kebun milik masyarakat tidak terendam air laut. Karena kalau tidak ada kawasan hutan mangrove, air akan sampai ke desa dan merendam kebun-kebun masyarakat,” kata Ambo Angka Ketua KTH Bakau Lestari.

Pada awal tahun 2000, Desa Tungkal Satu pernah mengalami banjir rob. Disebabkan oleh alih fungsi kawasan mangrove menjadi pertambakan udang milik pemodal dari luar. Terdampak dari bencana lingkungan, mendorong masyarakat melakukan pemulihan kawasan mangrove. Penanaman secara swadaya itu berlanjut hingga sekarang.

Tidak mudah untuk melakukan penanaman  di kawasan mangrove. Pertama kali petani karena harus melakukan pembibitan di darat, kemudian mengangkut bibit dari darat melewati jalur sungai.  Sebelum menanam bibit, petani harus memasang ajir atau alat penyangga agar bibit yang baru ditanam kokoh ketika terjadinya pasang surut. Saat menanam pun butuh usaha yang ekstra, mengingat kondisi  tanah basah dan berlumpur.

“Kami selama ini telah terbiasa untuk melakukan penanaman, namun kegiatan ini sedikit berbeda karena pelaporan yang detail lewat aplikasi. Tetapi kami optimis untuk menjaga pohon mangrove untuk tetap hidup,” kata Angka.

Masyarakat di desa menggantungkan pendapatannya pada kebun kelapa dan sebagian ada yang menjadi nelayan. Bergantung pada hasil kebun yang artinya masyarakat mendapatkan penghasilan dalam waktu sekali dalam tiga bulan. Menurut, Angka melalui program yang dilakukan memberikan pendapatan tambahan bagi petani di Desa Tungkal Satu.  Program ini menjadi pecutan semangat bagi masyarakat dalam menjaga mangrove dan meraih manfaat ekonomi dari setiap upaya yang dilakukan.