Pak Sukman tampak fokus pada merakit kapal pinisi, bukan untuk berlayar tetapi untuk menghasilkan uang dari gulma yang selama ini terbuang. Kapal pinisi yang dibuat adalah miniaturnya untuk pajangan. Pak Sukman merangkainya dari resam atau tumbuhan yang selama ini dianggap gulma dan menganggu tanaman petani.
“miniatur ini rumit karena bendanya kecil-kecil, jadi harus agak teliti dan sabar. Selain itu, kita butuh alatnya seperti mesin bor,” tutur beliau.
Selain Pak Suman, ada juga Haryono yang tampak sibuk membuat pengikat untuk kursi rotannya agar bisa diduduki. Ia adalah pemandangan ketika warga Desa Batu Raja R mengikuti pelatihan membuat kerajinan yang diadakan oleh KKI Warsi. Pada diadakan pada 24-26 Desember 2023 bertajuk “Teknik dan pengembangan produk kerajinan berbahan hasil hutan bukan kayu (HHBK)” di Desa Batu Raja R. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari unsur kelompok perempuan, kelompok pemuda, LPHD, dan masyarakat. Desa yang berada Kabupaten Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu ini memiliki banyak potensi keanekaragaman hayati. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) juga melimpah, seperti bambu, rotan, dan resam dan purun atau disebut dengan srigandi.
Dari banyaknya ketersediaan bahan baku ini, masih sedikit masyarakat yang memanfaatkan potensi ini untuk dijadikan kerajinan seperti produk brunang, ambuang, tampi, dan kebanyakan produk-produk yang dibutuhkan untuk keperluan kehidupan sehari-hari. Produk-produk kerajinan ini juga belum dipasarkan secara luas, masih dijual di lingkungan kecamatan, dan terkadang dibuat jika ada yang memesan.
“Resam justru selama ini dianggap gulma oleh masyarakat dan justru resam ini diterbas dan dibersihkan oleh masyarakat dari kebun-kebun mereka. Sedangkan srigandi, saat ini dimanfaatkan masyarakat untuk sebagai pembatas pekarangan rumah, pengikat benih padi, penahan abrasi pekarangan, dan ternyata menurut narasumber ini dapat dijadikan anyaman dan dapat dijadikan ikon desa,” kata Teguh Al Ikhsan Fasilitator KKI Warsi di Desa Batu Raja R.
Sebelum mengadakan pelatihan, KKI Warsi bekerjasama dengan KPHL Bukit Daun pada tahun 2020 untuk melakukan kajian terkait potensi HHBK yang ada di desa dan Hutan Desa Lemo Nakai. Dalam penelitian ditemukan ditemukan adanya 9 jenis rotan di hutan desa Lemo Nakai, yaitu Rotan Udang (Korthalsia echinometra), Rotan Dahan (Korthalsia flagellaris), Rotan (Srimit Calamus hetroideus), Rotan Pakis (Calamus exilis Griffith), Rotan Manau (Calamus manan), Rotan Lilin (Calamus javensis), Rotan Cincin (Calamus polystachys), Rotan Kesur (Calamus ornatus), Rotan Getah (Daemonorops rubra).
“Dari pelatihan masyarakat bisa membuat kerajinan HHBK yang alami dan ramah lingkungan. Bahan-bahan yang digunakan juga merupakan bahan yang ketersediaannya berlimpah di kawasan hutan dan kebun masyakat, proses pengolahannya juga tidak rumit, dan jika dijual memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan,” kata Teguh.
Di akhir pelatihan, peserta berfoto dengan kelompok masing-masing dan terlihat begitu bangga dengan hasil kerajinannya, ada kapal pinisi, napan, lampu hias dinding, meja dan kursi, teko dan cangkir, asbak rokok dan pas bunga. Cuan juga menanti.