Horee.. wajah-wajah bahagia terpancar dari petani Desa Air Tenam. Baru saja selesai menanam pohon buah durian, jengkol dan pinang sudah bisa menghasilkan uang. Duapuluh lima petani telah menghasilkan Rp 196 juta setelah mereka menanam 9.829 bibit pada lahan 39,3 ha.

“Ini  baru penyaluran tahun nol, atau tahun setelah selesai tanam, masyarakat akan kembali menerima insentif yang dibayarkan pertahun sampai tanaman berusia 3 tahun,” kata Emmy Primadona, Koordinator Program Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, saat penyerahan insentif perdana pada 4 Agustus lalu di Kantor Kepala Dea Air Tenam.

Emmy menuturkan insentif yang siapkan untuk petani yang menanam dan merawat pohon ini lebih dari Rp 700 juta. Dengan program yang diberi nama baby tree, Komunitas Konservasi Indonesia Warsi– lembaga yang aktif melakukan pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. atas dukungan Jejak.in– platform digital yang mendukung perlindungan hutan, mengawal program restorasi hutan dengan memberikan dukungan finansial kepada petani hutan yang menanam pohon.  

Emmy Primadona Koordinator Program KKI Warsi menyerahkan insentif Baby Tree kepada Wangsa petani hutan Air Tenam di dampingi yanmar dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu. Foto Mardiah Ilmarta/Dok KKI Warsi

Caranya petani mendapatkan insentif senilai Rp 70 ribu perbibit selama tiga tahun dengan durasi penyerahan dibagi ke dalam empat tahap, tahun 0 (setelah tanam) senilai Rp 20 ribu, tahun pertama Rp 15 ribu, tahun kedua Rp 15 ribu  dan tahun ketiga senilai Rp 20 ribu. Jumlah yang akan diterima petani sesuai dengan jumlah bibit yang di tanamnya.

“Saya akan gunakan dana ini untuk biaya merawat pohon dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari,” kata Wangsa yang menerima insentif sebesar Rp 29 juta setelah menanam 1.490 batang bibit.

Wangsa berjanji akan merawat bibitnya dan memastikannya tumbuh. Untuk memantau bibit ini tumbuh digunakan aplikasi karlon yang dikembangkan Jejak.in. Terdapat bibit yang dipasangi barkode  yang ditempelkan dekat tanaman, barkode ini dipindai dengan smarphone, kemudian muncul data yang akan diisi dengan tinggi pohon, diameter serta foto bibit. Dengan aplikasi ini bibit yang ditanam akan terpantau dan dilaporkan secara berkala.

Program restorasi hutan dengan adanya insentif ini adalah model baru dalam upaya pemulihan hutan. Desa Air Tenam yang baru definitif pada tahun 2007, secara administratif wilayah desa ini tercatat seluas 4.941 ha. Dari luas ini jika dilihat berdasarkan fungsi kawasan hanya 341 ha atau  6,9 persen yang berupa Areal Penggunaan Lain (APL). APL adalah areal di luar kawasan hutan negara yang diperuntukkan bagi pembangunan di luar bidang kehutanan. Selebihnya 2,167 ha atau 43.9 persen dengan status hutan lindung dan 2,432 ha atau 49.2 persen dengan status hutan produksi terbatas. Dengan kondisi ini, dari 55 kepala keluarga di Desa Air Tenam hanya dua orang yang memiliki lahan garapan di areal APL. Selebihnya berada di dalam kawasan hutan, baik hutan lindung ataupun hutan produksi terbatas. Perladangan di dalam kawasan hutan telah menimbulkan rasa was-was dan ketakutan di masyarakat.

Ketakutan dan kekhawatiran inilah yang kemudian diresolusikan dengan peluang perhutanan sosial. Perhutanan sosial adalah program pelibatan masyarakat mengelola kawasan hutan. Program ini merupakan salah satu bentuk pemberian hak kelola ke masyarakat yang sudah beraktifitas di dalam hutan baik karena keterlanjuran maupun ketidaktahuan. Dengan difasilitasi KKI Warsi dan KPHL Bengkulu Selatan, masyarakat Air Tenam memperoleh legalitas pengelolaan hutan melalui  skema Hutan Kemasyarakatan sesuai SK Menteri LHK No: 6234/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/7/2019 pada tanggal I Januari 2019 pada areal seluas 1.269 Ha. Sebelumnya masyarakat Air Tenam juga telah mendapatkan SK Hutan Tanaman Rakyat seluas 408 ha pada tahun 2013.

Dengan mendapatkan hak kelola perhutanan sosial, pengelola membuat rencana kerja dan aturan pengelolaan hutan. “Dalam aturan pengelolaan hutan, masyarakat sepakat untuk mengelola hutannya secara lestari, yaitu dengan menanaminya dengan tanaman bernilai ekonomi seperti durian, jengkol, pinang,” kata Sarno Ketua Koperasi Harapan Bersama Desa Air Tenam yang juga ikut menanam 741 bibit

Disamping itu masyarakat juga berkomitmen bahwa hutan yang mereka kelola tidak akan lagi dilakukan pembukaan baru dan tidak akan mengalihkan kepemilikan lahan kepada pihak lain. Dengan komitmen ini, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS) Ketahun mendukung masyarakat melalui kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) tahun 2022, dimana kelompok pelaksana KBR membuat bibit sebanyak  30.000 batang bibit dengan jenis durian, pinang dan jengkol.  Bibit ini disebar ke anggota kelompok Tani Hutan Maju bersama yang merupakan pengelola Hutan Kemasyarakat  dan Koperasi Harapan Bersama yang mengelola Hutan Tanaman Rakyat. Bibit inilah yang ditanam melalui program baby tree.

“Dari anggota kelompok inilah yang kita gali komitmennya untuk menanam dalam kawasan hutan yang terdegradasi, sesap ataupun lahan terbuka, tujuannya adalah memulihkan hutan sekaligus menjaminkan sumber ekonomi untuk masyarakat,” kata Emmy Primadona.

Dikatakan memang tidak semua warga mendapat insentif, dan tidak semua bibit masuk dalam hitungan program baby tree, hal ini dikarenakan dalam komitmen yang di bangun dengan masyarakat hanya yang mau menjaminkan mereka bisa melakukan monitoring dan memastikan bibit yang di taman tidak mati. “Jika bibitnya mati atau rusak maka harus cepat di ganti dan dilaporkan ke dalam aplikasi,” kata Emmy.

Emmy menyebutkan dengan durasi monitoring tiga tahun, dan pada tahun ke empat pohon pinang diharapkan sudah mulai berbuat, beberapa tahun berikutnya jengkol dan durian juga sudah mulai berbuah. “Dengan kondisi ini maka hutannya bisa tumbuh dan sekaligus ada sumber ekonomi bagi masyarakat,” kata Emmy.

Kepala BP DASHL Ketahun Bnegkulu  Sigit Haryadi, mengapresiasi model baru pemulihan hutan dengan adanya insentif yang diterima petani. “Ini model baru dalam rehabilitasi lahan, kita harap masyarakat berkomitmen, sehingga nantinya hutan yang telah terdegradasi bisa pulih kembali,” kata Sigit.

Kandungan Biodiversity Hutan Air Tenam

Hutan Air Tenam, yang sebagian telah berubah menjadi areal perkebunan, sejatinya masih banyak menyimpan biodiversity flora dan fauna. Untuk mengetahui keragaman biodiversity di wilayah ini KKI Warsi telah melakukan pemasangan kamera jebak yang hasilnya menakjubkan. Dari spot-spot hutan yang tersisa diantara kebun-kebun warga tertangkap gambar aneka fauna, seperti merak, kijang, beruang dan lainnya.

Keberadaan satwa di dalam kawasan ini tentu penting untuk diberi ruang, guna menjalankan fungsinya dalam rantai makanan. “Untuk itu melindungi spot hutan yang masih tersisa sangatlah penting, sekaligus upaya penting untuk mencegah longsor mengingat kondisi desa yang di lembah dan dikepung perbukitan,” kata Emmy.

Untuk tetap mendapatkan nilai ekonomi dari hutan tersedia ini, Warsi mengembangkan program pohon asuh di kawasan ini. Melalui program pohon asuh, publik diundang untuk mengadopsi pohon-pohon yang ada dalam kawasan ini. Caranya, pengasuh mendonasikan uangnya Rp 150.000-Rp 200.000, perpohon pertahun. Nilai Rp 150.000 untuk pohon  dengan diameter kurang dari 60 cm, dan Rp 200.000 untuk pohon dengan diameter 60 cm atau lebih.  Durasi pengasuhan pohon selama satu tahun.  Saat ini terdapat 150 pohon yang dalam kawasan HKM ini yang masuk dalam program pohon asuh. Sejak di mulai tahun 2020, program pohon asuh di Hkm Air Tenam ini telah menghimpun donasi Rp 35.150.000. Keterasuhan pohon dalam hutan ini, sebanyak 179 pohon, ini artinya ada pohon yang sudah habis masa asuhnya diasuh kembali. Hasil dari program pohon asuh ini, disalurkan kepada masyarakat  Air Tenam. Penggunaannya untuk biaya beasiswa, kegiatan sosial dan sebagian dikembalikan ke hutan dalam bentuk aktivitas patroli hutan.

Penyuluh Kehutanan Madya Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu Ahmad Sofian menyebutkan dengan program baby tree dan pohon asuh menjadikan upaya perlindungan hutan dan pemberdayaan masyarakat menjadi lebih nyata. Kolaborasi yang di bangun dengan para pihak ini, bisa menjadi harapan baru untuk memulihkan hutan, sehingga hutan bisa menjalankan fungsinya dengan baik. “Kita berharap hutannya pulih dan masyarakatnya sejahtera,” kaya Yayan, sapaan akrab Ahmad Sofian.