Sesandingon yang awal diterapkan Orang Rimba untuk mengtsi pemnyebaran virus Corona tidak berlangsung lama. Kelompok Sahar dan Sikar di Kecamatan  Pamenang Merangin, misalnya, telah kembali beraktivitas normal dengan berburu jauh dari pemukiman mereka. Tiga bulan pasca merebaknya pandemi  di negeri ini, Orang Rimba berangsur kembali menjalankan aktivitas normal. Bersesandingon, berpenghidupan jauh masuk ke dalam hutan ataupun masuk jauh ke dalam perkebunan tidak lagi dilakukan, mereka berangsur kembali ke pemukiman semula. Kejadian ini dijumpai pada kelompok-kelompok Orang Rimba yang tinggal sudah mengalami transisi tidak lagi tinggal di dalam hutan dengan berbagai sebab. Ada yang memang hutannya sudah habis dan berubah menjadi perkebunan perusahaan besar, maupun orang rimba yang sudah mendapatkan program perumahan.   Bisa dilihat pada Orang Rimba yang tinggal disepanjang jalan lintas tengah Sumatera dalam Provinsi Jambi.

Awal merebaknya virus, kelompok Orang Rimba ini juga melakukan tradisi yang diwariskan nenek moyang mereka, bersesandingon, memisahkan diri kembali masuk ke hutan, ataupun pergi jauh meningalkan pemukiman mereka dalam perkebunan. Hanya saja seiring waktu, pasokan makanan yang menipis, mengharuskan Orang Rimba untuk kembali beraktivitas normal.  Berburu hewan dan kemudian menjualnya untuk ditukarkan dengan beras dan kebutuhan pokok lainnya.

“Rasa takut terhadap virus tentu ada pada kelompok ini, dibuktikan dengan langkah mereka yang pergi menjauh, namun setelah di jalani langkah ini menyebabkan mereka kesulitan pangan. Ada bantuan yang mereka dapatkan, namun tentunya bantuan tidak mampu menutup segala kebutuhan, mereka tetap harus berusaha untuk mencukupi kebutuhannya,”kata Robert Aritonang Antropolog KKI Warsi menyikapi  fenomena Orang Rimba yang sudah kembali beraktivitas normal.

Aktivitas  Orang Rimba sekarang, tentu berbeda dengan konsep new normal yang dianjurkan pemerintah. Orang Rimba mengalami kesulitan tersendiri untuk mengaplikasikannya ola hidup new normal yang disarankan pemerintah, menggunakan masker dalam beraktivitas, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan, sulit di jalankan Orang Rimba.

“Penggunaan masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjadi syarat new normal yang dianjurkan pemerintah, namun bagi Orang Rimba praktek ini sangat sulit untuk dilakukan. Penggunaan masker misalnya, bagi mereka cukup menyulitkan, apalagi kemudian masker harus sering di cuci, suatu norma yang dalam kehidupan Orang Rimba masih belum terlalu mereka lakukan, mencuci tangan apa lagi. Paling yang bisa mereka lakukan adalah menghindari kerumunan, mereka tidak ada mampir ke desa, kecuali untuk berbelanja,”kata Robert.

Dikatakan Robert, Orang Rimba yang tnggal di jalan lintas tengah Sumatera, di bawah kebun-kebun sawit, adalah kelompok masyarakat yang paling marginal, paling miskin dan paling terdampak dengan penyebaran virus corona. Kehadiran negara untuk memberikan jaminan kehidupan mereka sangat dibutuhkan. “Solusi yang paling tepat untuk kelompok ini, adalah alokasi lahan penghidupan. Dan itu hanya negara yang punya solusi dan kewenangan untuk melindungi dan menjamin hak warga negaranya,”kata Robert.

Tanpa ada alokaso lahan dan jaminan kehidupan, Orang Rimba akan terus menerus berada dalam kondisi yang memprihantinkan. “Mereka akan selalu menjadi kelas masyarakat yang paling terdampak atas segala kondisi yang terjadi di negeri ini,”kata Robert.  

Dikatakannya saat ini posisi Orang Rimba berada dalan kemiskinan absolut  yang merupakan kombinasi dari kemiskinan structural dan pemiskinan kultural Orang Rimba. Orang Rimba mustahil bisa keluar dari kemiskinan ini, karena struktur yang ada telah meminggirkan Orang Rimba ke posisi stratifikasi social politik yang paling bawah dan paling lemah. “Hanya kebijakan pemerintah yang berpihak ke Orang Rimba yang dapat mengangkat Orang Rimba keluar dari kemiskinan ini. Pemerintah melalui kewenangan dan kebijakannya harus menata kembali pembagian lahan penghidupan yang sudah terlanjur diberikan ijin konsesi ke berpagai perusahaan. Lalu mengalokasikannya sebagian untuk lahan penghidupan Orang Rimba. Lahan Penghidupan berarti bukan hanya pemberian lahan tetapi juga sumber daya yang dapat menjadi mata pencaharian Orang Rimba,” ujar Robert.