Suara burung dan binatang terdengar jelas membuka pagi, hewan-hewan itu hidup nyaman di dalam hutan yang tidak terlalu jauh dari desa-desa di Kecamatan Bathin III ULu Kabupaten Bungo, itulah hutan tersisa di lanskap  Bukit Panjang Rantau Bayur yang biasa disingkat Bujang Raba. Dari hutan alam itu, menjadi daerah tangkapan air, yang mengalirkan air jernih ke desa-desa di sekitarnya, yaitu Lubuk Beringin, Laman Panjang Senamat Ulu, Sungai Telang dan Buat. Sungai-sungai ini menjadi nadi bagi bagi masyarakat desa, sebagai sumber utama pengairan sawah dan kebutuhan air bersih harian. di Sungai-sungai ini juga dikembangkan ekowisata dipadukan dengan potensi alam lainnya di desa, seperti Lubuk Larangan, Gunung Puhong, Air Terjun, Agroforest atau kebun campur dan Hutan Desa. Beberapa potensi dijadikan sebagai paket-paket wisata, dan menjadikan kearifan lokal masyarakat terhadap pelestarian lingkungan.

Untuk mendukung pengelolaan ekowisata di desa-desa ini, KKI Warsi mendukung masyarakat Bujang Raba dengan  Pelatihan Pengembangan Konsep Ekowisata pada kawasan hutan di Lanskap Bujang Raba. Pelatihan yang diberikan berupa pengembangan konsep ekowisata ini berbasis potensi desanya, guna menunjang kesejahteraan masyarakat disekitarnya. dalam kegiatan ini KKI Warsi yang bekerjasama dengan Satuan Tenaga Konselor (SANAK) Pariwisata Sumbar yang berlangsung selama empat hari, 21-24 Oktober 2022 di Dusun Sungai Telang, Kecamatan Bathin III Ulu, Kab. Bungo, Jambi.

Kegiatan ini melibatkan Pemuda, Perangkat Dusun, LPHD, Pokdarwis dari Dusun Lubuk Beringin, Dusun Sungai Telang dan Dusun Senamat Ulu. Pelatihan pengembangan konsep ekowisata digagas bertujuan agar masyarakat di Lanskap Bujang Raba mampu memahami secara komprehensif atas konsepsi wisata desa, model pengembangan dalam membangun wisata di desa, dalam upaya penguatan kelembagaan dan SDM di desa wisata dan pemahaman pemanfaatan dana desa bagi pembangunan desa wisata.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bungo tahun 2021-2026 menyebutkan 4 dari 5 dusun yang berada pada bentang alam bujang raba menjadi tujuan wisata Kabupaten Bungo. “Keseluruhan destinasi wisata pada kawasan Bujang Raba merupakan pemanfaatan jasa lingkungan seperti wisata alam pemandian, air terjun dan wisata alam pengairan,” kata Corry Weliza Fasilitator Komunitas KKI Warsi yang ikut memfasilitasi pelatihan ini. 

Septiadi Kurniawan sekaligus pemateri Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) menjelaskan, masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan wisata diharapkan mampu menciptakan Ekowisata yang berintegritas. “Harapannya masyarakat mampu mengelola sumberdaya alam sedemikian rupa untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial yang terintegrasi secara terstruktur dan tersistematis, sekaligus memelihara kultural, ekologi, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan lainnya.” kata Adi dari Satuan Tenaga Konselor (SANAK) Pariwisata Sumbar.

Pelatihan ini, juga menjadi ajang diskusi. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Telang Membara, Syarifudin mengungkapkan kendala yang dihadapi dalam mengelola ekowisata, terutama soal kunjungan ke lokasi ekowisata. “Saat ini, yang terjadi naik turun jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini dikarenakan kami belum paham bagaimana mengelola dan perencanaan tata ruang desa untuk pariwisata baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang,” kata Syarifudin. 

Menanggapi itu Ritno Kurniawan dari Satuan Tenaga Konselor (SANAK) Pariwisata Sumbar, menyampaikan materi Destination Management Organizations (DMO) dimana masyarakat dan pemuda diajarkan tentang tata kelola destinasi pariwisata yang mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik.  “Kegiatan dilakukan  melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi yang terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi wisata, industri, akademisi serta pemerintah,”Kata Ritno. 

Dikatakannya, kolaborasi para pihak ini penting untuk meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.

Ritno juga berpesan bahwasannya setelah dari kegiatan ini partisipasi dari Pokdarwis dan masyarakat terjalin semakin kuat. Untuk itu, Ritno mendorong pengelola wisata untuk menyusun matriks rencana usaha atau kegiatan kelompok pengelola sadar wisata di masing-masing dusun di Bujang Raba. “matrik ini  dikomunikasikan dengan para pihak serta memastikan berbagai aspek (Alam, Budaya, dan Sejarah) yang akan mempengaruhi pengembangan pariwisata.” Ungkap Ritno.

Dari proses Pelatihan pengembangan konsep ekowisata kemudian tersusun Rencana Tindak Lanjut 27 item rekomendasi, jika dirangkum menjadi 6 materi sebagai berikut; Pertama, tentang rangkaian fasilitasi yang memuat materi pemahaman atas pariwisata perdesaan pada kawasan hutan. Kedua, teori pendekatan dan pengembangan wisata berbasis komunitas (CBT). Ketiga, menyusun penguatan Manajemen/Kelembagaan & SDM serta sinkronisasi kelembagaan di Desa Wisata. Keempat, teknik Perencanaan ala PRA untuk Desa Wisata. Kelima, Optimalisasi dan penguatan produk serta branding kepariwisataan. Keenam,  pemanfaatan Dana Desa untuk Membangun Pariwisata Desa. Ada pun hasil yang diharapkan melalui kegiatan ini, kelompok pengelola wisata mampu membuat rencana pengembangan usaha untuk pengelolaan kawasan hutan di masing-masing dusun.