Reza Beri Saputra atau yang akrab disapa Beri merupakan bagian dari tim surveyor KKI Warsi. Ia bertugas di daerah Sumatera sebelum akhirnya dipindahtugaskan ke Kalimantan Utara.  Ia ditugaskan menjadi surveyor & GIS di tiga desa pelosok Kalimantan Utara, yakni Desa Data Dian, Alango dan Apauping.

“Waktu pertama kali kesana, aku sangat shock karena biasanya di daerah kita, walaupun jauh atau dipelosok sampai kita pakai mobil, rupanya disini tidak begitu, jadi ke lapangan itu harus naik Long Boat dan harus melewati perjalan sampai dua malam” ujar pria kelahiran Sumatera itu.

Beri berperan untuk memfasilitasi tim kerja spasial di tiga desa, ia mengajarkan bagaimana cara mengoperasionalkan GPS untuk kepentingan survey data-data spasial di masing-masing desa. Tim kerja diberi pemahaman bagaimana cara menitik lokasi, mengkalkulasi dan memberi penamaan titik atau lokasi di GPS. Selain itu, ia mengarahkan tim kerja untuk praktik langsung dengan metode tracking keliling kampung. Tujuannya, agar mereka terbiasa mengaplikasikan GPS.

Selain itu, ia bersama tim kerja menyusun rencana teknis survei untuk pembagian tugas setiap orang di tim kerja spasial. Tidak lupa ia memetakan kendala-kendala yang mungkin dihadapi nanti dilapagan, seperti kemungkinan terjadi banjir, hingga keterbatasan BBM. Dalam mengajarkan tim kerja, ia menggunakan kata-kata yang sederhana agar mudah dipahami oleh tim spasial.

Beri bersama Tim spasial lainnya menjelajahi hutan selama seharian penuh untuk menggali potenis keruangan desa. Mereka akan beristirahat saat sore telah menorehkan semburat jingga di kaki langit, saat burung-burung kembali ke sangkarnya, serta suara jangkrik mulai nyaring dan binatang hutan lainnya terdengar di jalan setapak. Mereka bermalam di hutan dengan membuat pondok kecil beratapkan terpal, untuk melindungi diri dari hujan, atau melepas lelah setelah seharian menyusuri jalan setapak dan berbukit, bahkan menjajaki aliran sungai kecil dan sungai besar. Rutinitas ini dilakukan oleh Bery dan Tim spasial lainnya selama kurang satu minggu hingga delapan hari.

Suka duka menjadi surveyor dan GIS telah dirasakan selama hampir dua tahun ini. Mulai dari kondisi cuaca yang tidak menentu, sering terjadi hujan dari pagi hingga malam hari tanpa henti, akibatnya debit air sungai semakin meningkat dan berubah kecoklatan, bahkan terjadi banjir. Terlebih akses yang harus dilalui tidak hanya melalui jalur darat, tetapi melintasi jalur sungai dengan banyak giram. 

Kesibukan warga desa juga menjadi tantangan selama penggalian data spasial di lapangan. Terkadang estimasi perencanaan penggalian data harus molor dan hasil yang dihasilkan  kurang maksimal. Beragam tantangan yang dilaui oleh bery tak membuatnya gentar, ia justru membuatnya terpacu untuk mendampingi tim kerja. Ia mensiasati beragam tantangan tersebut dengan membuat perencanaan hari yang berlebih dari agenda yang dijadwalkan, untuk menghindari adanya kendala-kendala dilapangan.

Meskipun demikian, langkah kaki mereka untuk membawa alat GPS tersebut terus dilakukan hingga semua area ruang wilayah berhasil dipetakan dan digali potensi serta sejarah desanya. Saat ini data-data spasial tersebut juga bisa diakses di PRM-AID di tiga desa, yakni Desa Data Dian, Long Alango, dan Apauping. (Peri Anggraeni)