Ditulis Oleh Egis Kader Jurnalis Warga Kab Solok KKI Warsi

Sumatera barat memiliki potensi besar dalam mengembangkan hasil lahan perhutanan. Kayu merupakan benda utama yang dihasilkan dari hutan dan sering kali dianggap sebagai hasil utama dari hutan tersebut. 

Iklim Sumatera Barat secara umum bersifat tropis serta memiliki banyak sekali spesies yang unik dan khas, beberapa di antaranya masih menyimpan banyak misteri hingga saat ini di salah satu daerah di Nagari Padang Laweh yaitu tanaman gaharu. Jenis gaharu yang tumbuh disini ialah Aquilaria malaccensis. IUCN Red List merilis jenis gaharu ini masuk dalam daftar critically endangered pada tahun 2018. Aquilaria malaccensis terdaftar sebagai Sangat Terancam Punah berdasarkan kriteria A2cd. 

Gaharu dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 300-750 meter diatas permukaan laut, suhu berkisaran antara 20-33 °C, dengan kelembapan berkisar 77-85%, dan intensitas cahaya antara 56-75%. Di Indonesia, penghasil gaharu yang baik ada di Pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera. 

Bukan hanya sekedar tanaman yang mahal dipasaran, tapi ada banyak pengetahuan yang bisa didapat dari pengembangan gaharu, tentu lebih menarik sekali untuk membahas sekilas bagaimana sejarah atau asal tanaman gaharu di Nagari Padang Laweh Kabupaten Sijunjung ini. Seperti liputan media Sumbar Narasi mewawancarai langsung Abu Nawas (61 tahun) yang dahulunya pencari gaharu sekaligus perintis utama mengembangkan gaharu di Nagari Padang Laweh, ia menjelaskan “Sejak tahun 80 an saya sudah menggeluti tanaman gaharu ini sekaligus usaha gaharu. Dahulunya saya memang sering keluar masuk hutan mencari gaharu, sebab mencari gaharu tersebut sangat jauh kedalam hutan. Selain itu, saya juga mengajak enam tetangga untuk mencari bibit gaharu selama satu mingguan dan bermalam di hutan, karena gaharu sangat berguna nantinya untuk dikembangkan disekitar ladang”.

Kapasitas beliau dalam usaha gaharu sudah tidak diragukan lagi, walaupun hanya tamatan sekolah dasar, Pengalaman selama 43 tahun mengembangkan usaha gaharu tentu banyak pengetahuan yang dapat dibagikan kepada orang lain. Beliau juga terlibat dalam berbagai pelatihan pengelolaan tanaman gaharu, serta mendapatkan berbagai penghargaan dibidangnya, salah satunya sebagai penerima penghargaan Kalpataru Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2019 kategori penyelamat lingkungan. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Irwan Prayitno selaku Gubernur Sumatera Barat. Sebagai perintis, beliau aktif berbagi pengalaman terkait budidaya gaharu. 

Saat ini, gaharu sudah berkembang pesat di Nagari Padang Laweh khususnya Jorong Taratak Batuang. Pada Tahun 2014, Abu Nawas mulai membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH) Putra Harapan dengan anggota kelompok yang awalnya hanya 6 orang, berkembang menjadi 17 orang. Dengan komposisi 7 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

KTH Putra Harapan sudah menggeluti 6 sektor usaha. Seluruhnya menggunakan alat produksi modern yang didukung oleh Dinas Kehutanan. Diantaranya usaha kayu gaharu yang sudah dimulai dari tahun 80 an. Mengingat kebutuhan gaharu meningkat, kelompok mulai menjajaki usaha pembibitan tahun 2014, tahun 2015 kelompok mencoba memproduksi gelang gaharu dan minyak gaharu, dua usaha dikembangkan pada tahun 2019 yakni pengolahan minyak atsiri dan minuman herbal gaharu.

Saat ini, KTH Putra Harapan tengah mengembangkan minuman herbal gaharu dengan bantuan alat produksi, dilansir dari website hellosehat.com ada bebera manfaat yang bisa diperoleh dari daun gaharu untuk kesehatan tubuh, diantaranya mencegah kanker, mencegah malaria, mengatasi infeksi bakteri, meredakan peradangan, meredakan depresi. Daun gaharu terbukti memiliki kandungan Flavonoid, Glikosida, Steroid/triterpenoid, Tanin, 2-(2-feniletil) kromon, Asam fenolik, Steroid, Asam lemak, Benzofenon, Xanthonoid, Flavonoid, Terpenoid, Nukleosida, Alkana.

Ines sebagai sekretaris sekaligus marketing Kelompok Tani Hutan (KTH) Putra Harapan, ia mengatakan “Sebenarnya sangat banyak sekali kendala terkait usaha gaharu ini, saya sebagai anggota marketing sangat kesusahan sekali mempromosikan beberapa usaha ini karena keterbatasan jaringan internet sulit, kendala lainnya belum keluarnya surat atau izin dari BPOM walaupun label Halalnya sudah ada, kendala lainnya belum ada permintaan produk rutin mingguan atau bulanan tentu hal ini yang membuat keterbatasan produksi.”

Terkait gaharu ini, seluruh perangkat nagari yang diwakili oleh bapak Jouharuddin selaku Wali Nagari Padang Laweh mengatakan, “Dari perangkat Nagari termasuk Wali Nagari merespon secara positif, Apapun kegiatan mengenai kelompok gaharu ini kita tetap memberikan bantuan semaksimal mungkin, salah satu contohnya dibagian administrasi atau proposal mungkin anggota kelompok gaharu ini kurang paham, Untuk itu kami disini bersedia membantu melalui kasi yang bersangkutan. Tentu Perangkat Nagari sangat bangga sekali karena teh gaharu di nagari Padang laweh ini bisa dikatakan sudah mendunia, saat mengikuti Nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021, lomba kategori minuman tradisional indonesia termasuk peringkat empat, kami juga berusaha membantu supaya masuk ketegori yang di perhitungkan ditingkat nasional.”

Sesuai tanggapan Wali Nagari, mengenai administrasi atau proposal serta bantuan harus melalu Wali Nagari, Tentu tidak mempersulit dan tetap mendukung agar kelompok gaharu tetap bagus dan lebih maju, jika dihitung keuntungan beserta bantuan yang didapatkan sudah mencapai miliaran baik dari bangunan atau peralatan sebab bantuan rata rata dari Dinas Kehutanan, semoga kelompok gaharu ini secara manajemen ada perubahan serta lebih melibatkan banyak masyarakat khususnya generasi muda agar perekonomian masyarakat Padang Laweh ikut terbantu dengan adanya usaha gaharu ini.

Tulisan telah tayang di Sumbar Narasi